| 1 |
Memantapkan ketersediaan dan stabilitas pangan
|
1 |
Inflasi Harga Bergejolak |
5,00 |
% |
Kecenderungan kenaikan harga kumpulan pangan bergejolak dalam jangka waktu tertentu. Inflasi harga bergejolak dijaga pada kisaran angka yang ditargetkan untuk mencerminkan ketersediaan dan harga pangan yang stabil |
Nilai inflasi harga pangan bergejolak didapatkan dari Laporan Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik yang diterbitkan setiap bulan. Komoditas Volatile Food terdiri dari kelompok bahan makanan yang sifatnya segar seperti beras, cabai, bawang merah, telur ayam ras, daging ayam ras, daging sapi serta produk turunan makanan segar |
Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik |
|
| 2 |
Meningkatnya akses pangan masyarakat |
2 |
Prevalensi penduduk dengan kerawanan pangan sedang atau berat, berdasarkan pada Skala Pengalaman Kerawanan Pangan/Food Insecurity Experience Scale (FIES) |
3,75 |
% |
Prevalensi penduduk dengan pengalaman keparahan kerawanan pangan yang bergantung pada tanggapan langsung responden terhadap pertanyaan tentang akses mereka ke makanan yang memadai untuk melihat kemampuan mengakses/mendapatkan makanan |
Nilai Prevalensi penduduk dengan kerawanan pangan sedang atau berat, berdasarkan pada Skala Pengalaman Kerawanan Pangan/Food Insecurity Experience Scale (FIES) diperoleh dari web resmi BPS |
Badan Pusat Statistik |
|
| 3 |
Meningkatnya kualitas konsumsi pangan |
3 |
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi |
94,00 |
Skor |
Skor yang menunjukan kualitas keragaman konsumsi pangan berdasarkan proporsi keseimbangan energi dari 9 kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi, baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama |
Tahapan perhitungan Skor PPH Konsumsi: 1) Total konsumsi energi aktual seluruh kelompok Pangan dalam satuan kkal/kap/hari = konsumsi energi kelompok padi-padian + umbi-umbian + Pangan hewani + minyak dan lemak + buah/biji berminyak + kacang kacangan + gula + sayur dan buah + aneka bumbu dan bahan minuman; 2) Kontribusi energi kelompok Pangan aktual (% aktual) = konsumsi energi per kelompok Pangan dibagi total konsumsi energi aktual dikalikan 100% (seratus persen); 3) Kontribusi energi kelompok pangan terhadap AKE (% AKE) = konsumsi energi per kelompok pangan dibagi AKE standar 2100 kkal/kap/hari dikalikan 100% (seratus persen); 4) Skor aktual = % aktual dikalikan bobot; 5) Skor AKE = % AKE dikalikan bobot; dan 6) Skor PPH dihitung dengan cara membandingkan skor AKE dengan skor maksimum, dengan ketentuan sebagai berikut : a. jika skor AKE lebih tinggi dari skor maksimum, maka yang digunakan adalah skor maksimum. b. jika skor AKE lebih rendah dari skor maksimum, maka yang digunakan adalah skor AKE. |
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik |
|
| 4 |
Meningkatnya keamanan dan mutu pangan segar |
4 |
Indeks keamanan pangan segar |
61,00 |
% |
Skor komposit yang merepresentasikan keamanan pangan segar asal: tumbuhan, ikan dan hewan di suatu wilayah, berdasarkan indikator diantaranya SDM dan kelembagaan, pelaksanaan penjaminan keamanan pangan, perdagangan, kesehatan masyarakat, dan kesadaran konsumen |
Indeks keamanan pangan segar =
[(20% x A) + (35% x B) + (20% x C) + (10% x D) + (15% x E)]
Keterangan: 1) A adalah pembobotan indikator SDM dan kelembagaan; 2) B adalah pembobotan indikator pelaksanaan penjaminan keamanan pangan; 3) C adalah pembobotan indikator perdagangan; 4) D adalah pembobotan indikator kesehatan masyarakat; dan 5) E adalah pembobotan indikator kesadaran konsumen. |
Laporan Indeks Keamanan Pangan Segar dari Badan Pangan Nasional |
|
| 5 |
Mewujudkan Birokrasi Badan Pangan Nasional yang andal
|
5 |
Nilai RB |
73,00 |
Indeks |
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu instansi pemerintah dalam menerapkan Reformasi Birokrasi |
Nilai Reformasi Birokrasi diperoleh dari hasil penilaian Kementerian PANRB yang tertuang dalam Laporan Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Badan Pangan Nasional |
Laporan Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Badan Pangan Nasional |
|
| 6 |
Terwujudnya ketersediaan dan stabilisasi harga pangan |
6 |
Inflasi Harga Bergejolak |
5,00 |
% |
Inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Penyebab kenaikan inflasi harga pangan terjadi karena adanya permasalahan di sisi suplai. Artinya, harga bahan pangan menjadi naik diakibatkan terbatasnya stok dan/atau pasokan komoditas pangan di suatu daerah. Kenaikan harga pangan menyebabkan inflasi pangan menjadi bergejolak
|
Nilai inflasi harga pangan bergejolak didapatkan dari Laporan Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik yang diterbitkan setiap bulan. Komoditas Volatile Food terdiri dari kelompok bahan makanan yang sifatnya segar seperti beras, cabai, bawang merah, telur ayam ras, daging ayam ras, daging sapi serta produk turunan makanan segar. Hasil perhitungan menggunakan nilai ukur Weighted Mean Absolute Deviation (WMAD) yang menggambarkan selisih/simpangan antara nilai inflasi bulanan dari suatu komoditas dengan nilai inflasi tren dari komoditas tersebut. Semakin tinggi nilai WMADnya, semakin tinggi volatile/pergerakan harganya cenderung bergejolak terhadap tren inflasi
|
Badan Pusat Statistik |
|
| 7 |
Terwujudnya Birokrasi Badan Pangan Nasional yang andal |
7 |
Nilai Reformasi Birokrasi |
81,00 |
Nilai |
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu instansi pemerintah dalam menerapkan Reformasi Birokrasi
|
Nilai Reformasi Birokrasi diperoleh dari hasil penilaian Kementerian PANRB yang tertuang dalam Laporan Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Badan Pangan Nasional
|
LHE RB Badan Pangan Nasional |
|